Just For You
Part I
Orang
Besar, Seandainya orang besar adalah orang yang bisa mencapai tahapan tertinggi
yaitu berjumpa dengan Allah, maka tidak akan kita jumpai Kehidupan yang penuh
dengan Rahmat Islam ini. Padahal Bertemu dengan sang Kholiq merupakan hal yang
paling di dambakan oleh semua orang di dunia ini. Kita dapat melihat bagaimana
Hebatnya Rasululloh SAW dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Menurut Dr
Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting peristiwa Isra Mi’raj terjadi
tatkala Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh
hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth
thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah
milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu
warahmatullahi wabarakaatuh”. Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak
mengumandangkan dua kalimah syahadat. Ungkapan bersejarah ini kemudian
diabadikan sebagai bacaan shalat.
Sebagai
pribadi berakhlak mulia, Rasulullah SAW sangat menjauhi sikap egois. Beliau
ingin ucapan salam dan “undangan” Allah tersebut dirasakan segenap umatnya.
Beliau kembali ke bumi dengan membawa salam keselamatan dari Allah SWT lewat
perintah shalat. Inilah kado spesial dari Allah SWT bagi orang-orang beriman.
Rasululloh lebih memilih untuk menyampaikan ajaran Islam itu kepada umatnya
yang pada saat itu berada dalam era Darkness. Dari contoh di atas dapat di
simpulkan sedikit bahwa esensi dari kehidupan ini adalah bukan hanya bagaimana
kita berhubungan Dengan Allah SWT tetapi juga bagaimana kita berinteraksi
dengan Makhluk Allah SWT, dan kita bisa berguna bagi manusia dan alam ini.
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «
المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Diriwayatkan
dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah
dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan
Daruquthni)
Jika ia seorang
hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga,
sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah
ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan
orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang
disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan
masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Jadi filsafat
hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk memegang filsafat hidup.
Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput
tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan
mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam
akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan
motivasinya sekedar mencari rumput (uang) ia pun akan memperolehnya, tetapi tidak
dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh
pekerjaannya.
Oleh karena itu
dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu keyakinan
bahwa pekerjaan dan tempat kerja kita, kita yakini sebagai tempat mengabdi
kepada Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri kepada
Allah SWT. Dengan demikian maka setiap hendak berangkat ke tempat bekerja
berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai ibadah,
dan mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya
orang yang hidup ini niatnya hanya mencari "rumput" walau hal itu
penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang
yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya.
To be
Continued…… J
*** *** *** *** *** *** ***
Komentar